Iklan 728x90 inSastra.com

Lomba Sastra

Kenali Majas #14 - Inversi/Anastrof


Majas Inversi / Anastrof


Majas inversi atau anastrof bukan lagi hal yang asing dalam praktik berbahasa Indonesia. Selain bertujuan untuk mempertegas kalimat, majas inversi atau anastrof juga dapat meningkatkan kesan estetis kalimat yang digunakan. Hal ini berkaitan dengan rumus yang meski tidak paten, namun seringkali digunakan oleh para sastrawan, terutama penyair. Rumus yang dimaksud adalah semakin tidak lazim maka semakin indah. Ketidaklaziman tersebut bisa terletak pada pilihan diksi ataupun penggunaan tata bahasa. Nah, majas inversi atau anastrof merupakan salah satu jurus yang ada dalam rumus ini.


Sebelumya: Kenali Majas #13 - Interupsi


Daftar Isi [Sembunyikan]

Definisi Inversi/Anastrof

Secara bahasa, kata inversi (inverse) dalam bahasa Inggris, atau anastrof (anastrophe, αναστροφή) dalam bahasa Yunani berarti terbalik. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, inversi diartikan sebagai pembalikan posisi, arah, susunan, dan sebagainya. Di bidang bahasa, inversi berarti pembalikan susunan kalimat sehingga berbeda dengan susunan yang lazim digunakan. 

Nyoman Kutha Ratna menyamakan definisi inversi dan anastrof sebagai bagaian dari majas penegasan dengan menggunakan susunan kalimat yang terbalik.  Sedangkan dalam Kamus Istilah Sastra yang disusun oleh Abdul Razak Zaidan dan kawan-kawan sedikit membedakan makna dari kata inversi dan anastrof. Kata inversi berpadanan dengan kata balikan yang diartikan sebagai penyimpangan urutan kata untuk menekankan kata yang sengaja diletakkan di awal. Inversi biasanya dilakukan pada kalimat berpola subjek-predikat menjadi predikat-subjek. Anastrof diartikan sebagai pengulangan kata terakhir suatu larik menjadi kata pertama di larik selanjutnya. Anastrof biasa terjadi pada pantun berkait. Majas anastrof menurut Abdul Razak Zaidan cenderung memiliki kesamaan dengan majas repetisi anadiplosis. Penjelasan selengkapnya mengenai anadiplosis dapat dilihat pada Kenali Majas #23 - Repetisi Anadiplosis

Penggunaan majas inversi atau anastrof bertujuan untuk mempertegas kata yang dalam susunan lazim diletakkan di akhir kalimat. Dengan membalikkan susuan kalimatnya, maka kata yang seharusnya berada diakhir akan terbaca lebih dulu. Selain mempertegas, penggunaan majas inversi atau anastrof juga bertujuan untuk menimbulkan efek-efek estetis dalam kalimat. Penggunaan majas inversi atau anastrof tidak sekadar membolak-balikkan susunan kalimat, namun juga harus diiringi dengan alasan yang tepat terkait mengapa suatu unsur kalimat menjadi perlu untuk diletakkan di awal.


Contoh Inversi atau Anastrof

Ya. Ya, Pariyem saya. Maria Magdalena Pariyem lengkapnya.

Di atas trotoar mahasiswa itu terkapar.

Linus Suryadi Agustinus menggunakan inversi dalam prosa-liriknya yang berjudul Pengakuan Pariyem. Seperti yang dikutip pada contoh pertama, Linus ingin menekankan perihal nama tokoh dalam tulisannya, oleh karena itu nama Pariyem dan Maria Magdalena Pariyem diletakkan di awal kalimat. Selain itu, inversi juga dipakai untuk mengejar nilai-nilai estetika puitis agar tetap mempertahankan ritme dan bunyi vokal a. Jika dibiarkan ke dalam bentuk kalimat yang lazim, maka susunan kalimatnya adalah "Ya. Ya, saya Pariyem. Lengkapnya Maria Magdalena Pariyem."

Pada contoh kedua, unsur yang ditekankan adalah keterangan mengenai tempat terjadinya peristwa. Penulis bisa saja menggunakan susunan kalimat yang lazim yakni, "Mahasiswa itu terkapar di atas trotoar." Namun kesan yang dihasilkan menjadi berkurang. Dengan meletakkan keterangan tempat di awal kalimat, pembaca jadi memiliki fokus lebih terhadap apa yang ingin ditekankan oleh penulis dalam kalimat tersebut. (inSastra/Amry Rasyadany)


Contoh Majas Inversi/Anastrof


Referensi


Selanjutnya: Kenali Majas #15 - Invokasi

No comments

Salam pegiat sastra .....

Bagaimana tanggapan Anda mengenai tulisan di atas?
Berkomentarlah dengan bahasa yang santun dan berikan manfaat untuk sesama.

Kami juga menerima kritik dan saran yang membangun, serta pertanyaan seputar kesusastraan. Mari bersama membentangkan wawasan kesusastraan.