Kenali Majas #18 - Koreksio/Epanortosis
Sekilas, majas koreksio atau epanortosis memiliki kemiripan dengan majas apofasis atau preterisio. Namun sebenarnya kedua majas ini adalah majas yang berbeda. Alih-alih mengingkari apa yang telah dikatakan sebelumnya, koreksio atau epanortosis lebih kepada memperbaiki pernyataan sebelumnya.
Definisi Koreksio/Epanortosis
Seperti namanya, koreksio dapat dimaknai sebagai suatu gaya bahasa yang mengandung koreksi atau perbaikan sebagai pembangun kalimatnya. Majas koreksio disebut juga majas epanortosis. Nyoman Kutha Ratna mendefinisikan majas koreksio atau epanortosis sebagai salah satu majas penegasan yang berbentuk perbaikan dari pernyataan sebelumnya yang dianggap salah. Sejalan dengan itu, Dwi Susanto dalam kamus yang disusunnya mengartikan majas koreksio sebagai gaya bahasa penegasan yang mengoreksi kata atau kelompok kata yang diangggap tidak tepat dengan pembetulannya. Memperkuat definisi tersebut, mengutip dari dosenbahasa.com yang menyebutkan bahwa majas koreksio atau epanortosis adalah seuah gaya bahasa yang berfungsi untuk menegaskan suatu pernyataan dengan cara membuat pernyataan pertama, lalu kemudian dikoreksi atau diperbaiki dengan pernyataan lain.
Majas koreksio atau epanortosis memiliki kemiripan dengan apofasis atau preterisio. Majas apofasis didahului dengan suatu pernyataan, kemudian diikuti dengan pernyataan yang seakan-akan membantah atau mengingkari pernyataan sebelumnya. Sedangkan majas koreksio atau epanortosis didahului dengan suatu pernyataan, biasanya pernyataan tersebut merupakan pernyataan yang salah secara sengaja. Kemudian diikuti dengan pernyataan koreksi atau perbaikan.
Contoh Koreksio/Epanortosis
Kukira keras, ternyata kertas.
Puncak tinggal satu kilometer lagi, atau mungkin kurang.
Sebagai bagian dari majas penegasan, koreksio atau epanortosis tentu bertujuan untuk mempertegas atau memperkuat pesan yang ingin disampaikan. Seperti dalam contoh pertama, majas koreksio semakin mempertegas kesan kalimat yang memiliki maksud menyepelekan atau merendahkan objek. Kalimat menunjukkan betapa sifat asli dari objek tidak seperti apa yang ditunjukkan. Penggunaan kiasan juga semakin memperdalam makna kalimat pendek tersebut.
Sedangkan pada contoh kedua, koreksi atau perbaikan yang dihadirkan semakin mempertegas maksud dari pernyataan terkait jarak masih harus ditempuh untuk bisa sampai ke puncak. Kata-kaa "tinggal satu kilometer lagi" memberikan kesan bahwa puncak sudah dekat. Dengan adanya perbaikan yang mengikuti pernyataan sebelumnya berupa "atau mungkin kurang" justru semakin memperkuat maksud dari kalimat tersebut. (inSastra/Amry Rasyadany)
No comments
Salam pegiat sastra .....
Bagaimana tanggapan Anda mengenai tulisan di atas?
Berkomentarlah dengan bahasa yang santun dan berikan manfaat untuk sesama.
Kami juga menerima kritik dan saran yang membangun, serta pertanyaan seputar kesusastraan. Mari bersama membentangkan wawasan kesusastraan.