Iklan 728x90 inSastra.com

Lomba Sastra

Kenali Majas #20 - Pararima


 

Majas Pararima

Dalam kelas majas penegasan, terdapat beberapa majas yang dibangun atas beberapa kata atau bahkan frasa. Salah satunya adalah majas pararima. Secara sederhana, pararima dapat dimaknai sebagai pengulangan bunyi-bunyi yang berlawanan. Pararima juga dapat disamaartikan dengan konsonansi.



Daftar Isi [Sembunyikan]

Definisi Pararima

Secara bahasa, pararima dapat dimaknai sebagai pengulangan bunyi secara berlawanan atau berseberangan. Dalam hal majas atau gaya bahasa, Nyoman Kutha Ratna menyebutkan bahwa pararima merupakan perulangan konsonan  awal dan akhir yang terdapat pada kata-kata tertentu. Situs dosenbahasa.com juga menyebutkan bahwa majas pararima adalah majas yang berbentuk pegulangan konsonan awal dan akhir dalam suata kata atau bagian kata yang berlainan.

Pararima juga dapat disamaartikan dengan konsonansi. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, konsonansi adalah pengulangan bunyi konsonan yang berdekatan dan mengapit bunyi vokal yang berbeda. Meski memiliki pengertian yang serupa, istilah pararima lebih sering dipakai dalam pembahasan seputar majas dan gaya bahasa. 

Di sisi lain, istilah konsonansi kerap muncul dalam pembahasan majas repetisi aliterasi. Hal ini dikarenakan konsonansi dan aliterasi memiliki karakteristik yang serupa, yakni sama-sama mengulangi konsonan. Maka dari itu perlu ditekankan bahwa konsonansi berbeda dengan aliterasi. Pengulangan konsonan dalam konsonansi diterapkan untuk konsonan yang mengapit vokal. Sedangkan pengulangan konsonan dalam aliterasi hanya diterapkan pada konsonan suku kata pertama. Penjelasan mengenai majas repetisi aliterasi dapat dibaca di Kenali Majas #23 - Repetisi Aliterasi.

Karena bentuknya yang berulang, majas pararima memungkinkan untuk masuk dalam kategori majas repetisi. Namun kebanyakan kata yang menggunakan pararima merupakan bentuk kata ulang yang diperlakukan sebagai satu kata (seperti celingak-celinguk dan kasak-kusuk). Bentuk ini jika dipisahkan maka akan berubah maknanya, atau tidak memiliki makna (misalnya celingak dan kasak). Sedangkan majas repetisi biasanya berbentuk pengulangan kata yang jika kata tersebut dipisahkan tetap memiliki makna sendiri.

Majas pararima tidak hanya ditemukan dalam karya sastra seperti puisi dan prosa, namun juga kerap ditemukan dalam dialog sehari-hari. Pararima merupakan gaya bahasa yang bentuknya berupa dua kata berurutan dengan susunan huruf konsonan yang sama namun huruf vokalnya berbeda. Bisa dibayangkan bahwa pararima seperti pengulangan kata dengan sedikit perbedaaan bunyi. 

Selain dapat berupa pengulangan kata dengan mengubah salah satu huruf vokalnya, pararima juga dapat berupa dua kata yang memiliki makna berlainan. Syarat wajib dari pararima adalah, dua kata yang dipakai memiliki susunan konsonan yang sama namun berbeda huruf vokalnya. Huruf vokal yang berbeda pada pararima biasanya memiliki bunyi berlawanan seperti 'a' dan 'i'. Namun pararima juga tidak menutup kemungkinan menggunakan kombinasi vokal lain seperti 'a' dan 'u', a' dan 'o', dan sebagainya. 


Contoh Pararima

Pria berpakaian compang-camping itu mondar-mandir di depan rumah.
Kutunggu kau di simpang samping sekolah.

Pada contoh pertama, kata 'compang-camping' merupakan bentuk ulang dengan menerapkan majas pararima. Gabungan kata tersebut berasal dari kata 'camping' yang memiliki arti koyak atau robek. Kata tersebut kemudian didahului dengan kata yang sama namun terdapat perubahan pada vokal 'a' menjadi 'o' dan 'i' menjadi 'a'. Dengan penggunaan pararima, makna dari kata tersebut menjadi lebih tegas jika dibandingkan dengan hanya menggunakan kata 'koyak' atau 'robek'. Selain itu, kata 'mondar-mandir' juga merupakan pararima yang berperan mempertegas makna kalimat.

Sedangkan pada contoh kedua, terdapat kata 'simpang' dan 'samping'. Kedua kata tersebut memiliki makna masing-masing. Dalam kasus ini, majas pararima menjadi mirip dengan pengulangan untuk kategori majas repetisi. Karena dua kata tersebut dapat berdiri sendiri dan tidak berubah arti jika dipisah. Dari contoh kedua dapat diketahui bahwa majas pararima tidak hanya berfungsi sebagai penegas suatu kalimat. Majas pararima juga memiliki fungsi estetik dengan permainan bunyi yang ditimbulkan. (inSastra/Amry Rasyadany)


Contoh Pararima

Referensi



No comments

Salam pegiat sastra .....

Bagaimana tanggapan Anda mengenai tulisan di atas?
Berkomentarlah dengan bahasa yang santun dan berikan manfaat untuk sesama.

Kami juga menerima kritik dan saran yang membangun, serta pertanyaan seputar kesusastraan. Mari bersama membentangkan wawasan kesusastraan.