Iklan 728x90 inSastra.com

Lomba Sastra

Para Pujangga : Introduksi

 
Para Pujangga : Introduksi

Indonesia merupakan bangsa yang kaya, baik alam maupun budayanya. Begitu pula kesusastraan yang tumbuh dan berkembang di negeri ini. Beberapa karya sastra kuno yang berasal dari nusantara bahkan sudah berusia beberapa abad. Misalnya naskah La Galigo dari Suku Bugis yang ditulis pada abad ke-13 dan diakui oleh Unesco sebagai memory of the world pada tahun 2011. Selain itu, terdapat pula Bujangga Manik dan Kakawin Arjunawiwaha yang berasal dari Sunda dan Jawa. Serta masih banyak lagi karya-karya sastra Nusantara lainnya. Adanya naskah-naskah tersebut menjadi bukti bahwa kesusastraan nusantara sudah eksis sejak lama.


Daftar Isi [Sembunyikan]

Sekilas Tentang Periodisasi Sastra Indonesia

Seiring berjalannya waktu, kesusastraan nusantara ikut berkembang berdampingan dengan pertumbuhan peradaban bangsa. Perjalanan kesusastraan nusantara kemudian dibagi ke dalam beberapa periode oleh para ahli. H. B. Jassin membagi sejarah kesusastraan Indonesia dalam dua periode utama. Pertama adalah sastra melayu lama yang didominasi oleh karya-karya sastra lisan dan sastra-sastra melayu klasik. Kedua adalah sastra Indonesia modern yang dimulai dengan angkatan 20, diikuti angkatan pujangga baru, angkatan 45, dan angkatan 66. 

Bakri Siregar, dalam bukunya yang berjudul Sejarah Sastra Indonesia Modern I membagi perjalanan kesusastraan Indonesia dalam empat periode. Periode pertama dimulai dari abad 20 hingga 1942, periode kedua dimulai dari 1942 hingga 1945, periode ketiga dimulai dari 1945 hingga 1950, dan periode keempat dimulai dari 1950 hingga 1964. Di sisi lain, Rahmat Djoko Pradopo juga turut mengutarakan gagasannya mengenai periodisasi sastra modern Indonesia. Periodisasi tersebut yakni periode Balai Pustaka antara1920 hingga 1940, periode pujangga baru antara 1930 hingga 1945, periode angkatan '45 antara 1940 hingga 1955, periode angkatan 1950 antara 1950 hingga 1970, dan periode angkatan 1970 antara 1970 hingga 1986.

Seiring berjalannya waku, periodisasi kesusastraan Indonesia juga terus berkembang hingga ke masa yang lebih baru. Di masa selanjutnya juga turut lahir angkatan 1980 dimulai dari 1980 hingga 1990 serta angkatan reformasi yang dimulai sejak tahun 1990 hingga 2000. Korrie Layun Rampan dalam bukunya yang berjudul Leksikon Susastra Indonesia mencetuskan periode sastra baru yakni angkatan 2000.

Dari banyaknya periodisasi sastra Indonesia yang digagas oleh para ahli kesusastraan negeri ini, dapat ditarik satu garis merah sejarah bahwa terdapat beberapa peristiwa atau momentum yang secara langsung ataupun tidak turut mempengaruhi perkembangan sastra Indonesia. Meski periodisasi tersebut terkesan tumpang tindih, ada beberapa patokan yang kemudian diterima oleh masyarakat umum.



Seri Artikel Para Pujangga

Para Pujangga adalah seri artikel dari inSastra.com yang akan membahas mengenai kehidupan para sastrawan yang pernah berkecimpung dalam khazanah kesusastraan Indonesia. Dapat dikatakan bahwa seri artikel ini merupakan biografi singkat dari para sastrawan yang dihimpun dari berbagai macam sumber, baik cetak maupun digital. Periodisasi sastra yang disebutkan di atas menjadi pedoman bagi penulis dan inSastra.com dalam penentuan susunan seri artikel ini.

Dalam pembahasannya, seri artikel Para Pujangga dibagi ke dalam 3 bagian. Bagian pertama adalah periode nusantara lama yang mencakup sastrawan-sastrawan Nusantara yang hidup pada masa sebelum abad 20, termasuk pula di dalamnya para pujangga yang menulis naskah-naskah kuno. Dalam hal ini tidak hanya sastrawan Melayu, namun juga sedapat mungkin akan menyertakan sastrawan daerah lain di Nusantara. Bagian kedua adalah periode prakemerdekaan yang mencangkup sastrawan-sastrawan angkatan 20, angkatan pujangga baru, dan angkatan '45. Bagian ketiga adalah periode pascakemerdekaan yang mencakup sastrawan-sastrawan angkatan '50, angkatan '66, angkatan '80, angkatan reformasi, dan angkatan 2000.

Pemakaian periodisasi dalam artikel ini bertujuan untuk mempermudah dalam penyusunan struktur tulisan tanpa bermaksud untuk mengkotak-kotakkan kesusastraan. Dengan begitu akan sangat memungkinkan muncul perbedaan pendapat dalam berbagai hal. Misalnya mengenai sastrawan yang produktif di dua periodisasi sastra yang berurutan. Meski demikian, periodisasi kami rasa tetap diperlukan untuk mempermudah dalam menyusun urutan pembahasan. (inSastra/Amry Rasyadany)


Daftar Pustaka


Seri Artikel Para Pujangga

No comments

Salam pegiat sastra .....

Bagaimana tanggapan Anda mengenai tulisan di atas?
Berkomentarlah dengan bahasa yang santun dan berikan manfaat untuk sesama.

Kami juga menerima kritik dan saran yang membangun, serta pertanyaan seputar kesusastraan. Mari bersama membentangkan wawasan kesusastraan.